Bumble Bee

Beberapa jam lalu saya mengobrol dengan pacar saya di telepon. Di tengah percakapan, salah satu kucing saya yang saya beri nama Kucing (ya, kucing secara harfiah. Saya terlalu malas dalam hal mencari nama) mendatangi saya dengan manja. Ia minta dielus. Saking menggemaskannya, saya tidak sadar melontarkan hal-hal random kepada Kucing. Salah satunya adalah irama 'neko neko nee...' yang saya dengar dari sound video TikTok yang sempat viral sekitar dua atau tiga tahun lalu. Kemudian pacar saya dari sebrang telepon mengatakan, "Aww... you're so cute like an anime character." Saya tertawa mendengarnya, juga sedikit tersipu karena ucapannya terdengar seperti pujian di telinga saya.

Setelah percakapan kami berakhir, saya terpikirkan untuk menonton anime karena sudah lama sekali rasanya sejak terakhir kali saya menonton anime Dandadan. Kemudian saya memutuskan untuk membuka laptop dan mencari link bajakan di daftar bookmark Google Chrome saya. Tak sampai satu menit, saya menemukan link zoronime.com yang saya cari.

Butuh waktu sekitar 15 menit bagi saya untuk memutuskan anime mana yang akan saya tonton, hingga akhirnya saya mengaktifkan filter pencarian yang membuat Zoronime menyajikan daftar anime yang sudah tamat saja. 

Dari puluhan poster anime yang terlihat menarik dan penuh warna, mata saya tertuju pada salah satu anime dengan tag 'Movie' yang berjudul Look Back. Saya memutuskan untuk menonton anime tersebut karena saya pikir, saya belum siap untuk berkomitmen meluangkan waktu saya dan menamatkan suatu anime berjumlah sekurang-kurangnya 12 episode.

Anime ini merupakan sebuah tayangan dengan alur cerita yang sederhana menurut saya. Pacenya juga terkesan lambat sehingga saya masih bisa mengikuti alur ceritanya walau pun saya tinggal beberapa kali untuk memasak mi instan.

Menceritakan tentang dua gadis yang suka menggambar manga, dengan karakter bernama Fujino yang awalnya merasa si paling jago menggambar di sekolahnya, sampai kemudian dipertemukan dengan karakter anti-social bernama Kyomoto yang kemampuan menggambarnya jauh melebihi Fujino. Hal itu membuat Fujino merasa minder, hingga akirnya ia berambisi untuk meningkatkan kemampuan menggambarnya.

Di pertengahan film, ada sebuah adegan yang melekat dipikiran saya yang membuat saya memutuskan untuk menulis tulisan ini. Sebuah adegan kompleks yang menayangkan gambaran dunia paralel kalau semisal karakter Kyomoto tidak pernah keluar dari rumahnya untuk menemui Fujino. Meski pun pada akhirnya mereka berdua tetap akan saling kenal di masa depan, terlepas keluar atau tidaknya Kyomoto hari itu, saya kira Kyomoto akan tetap meninggal dipenggal seniman tantrum yang karyanya diplagiat orang tidak bertanggung jawab. Namun ternyata tidak.

Walau demikian, saya tidak dapat menghentikan pikiran saya yang berkelana ke skenario-skenario "apa jadinya kalau..," mengingat saya telah mengalami suatu kejadian besar yang cukup traumatis baru-baru ini. Kemudian saya menghentikan anime tersebut dan berpikir, apa jadinya kalau hari itu saya tidak bergegas pulang dari rumah kakak saya dan mengemudikan kendaraan pertama saya itu? Mungkin saya tidak akan pernah menyerempet truk tersebut dan mengeluarkan uang sebesar 1.250.000? Mungkin juga mobil saya sudah parkir di depan kosan sekarang alih-alih di bengkel.

Kemudian otak saya mengajak kami berkelana lebih jauh; jika dunia paralel itu bukan realitas melainkan hanya skenario yang dibentuk oleh rasa takut, syock, dan trauma saja, maka apa jadinya kalau seadainya saya tidak pernah memiliki mobil sama sekali? Apakah pada akhirnya saya akan tetap mengeluarkan uang dengan nominal yang sama di hari yang sama pula layaknya Fujino dan Kyomoto yang pada akhirnya tetap dipertemukan juga?

Apa jadinya kalau hari itu saya memutuskan untuk bersabar dan menabung satu bulan lagi agar dapat mengambil cicilan mobil baru All New Toyota Rush tahun muda impian saya dari dealer resmi, alih-alih bergabung ke sebuah komunitas jual-beli mobil di Facebook dan mengambil unit LCGC bekas, kredit pula?

Meski terdengar sembrono, setelah dipikir-pikir lagi, jujur saja saya tidak menyesali keputusan saya mengambil unit bekas tersebut secara kredit. Justru saya pikir itu merupakan keputusan yang bijak, mengingat yang saya perlukan hanyalah kendaraan yang dapat mengantarkan saya dan kedua kucing saya menginap di rumah ibu setiap akhir pekan, ke dokter gigi, ke mal, ke toko bahan makanan, membawa tabung gas isi ulang seberat 3kg, dan bepergian ke mana pun dengan nyaman tanpa boros ongkos taksi online dan menunggu jemputan. Ditambah, saya memiliki beberapa orang dewasa yang hidupnya bergantung pada penghasilan saya, sehingga angsuran perbulan, bensin, biaya perawatan, serta pajak LCGC ini tidak akan mencekik keadaan finansial saya. Lain halnya jika saya memiliki Rush.

Hari ini adalah minggu ke tiga semenjak saya memiliki mobil pertama saya yang berwarna kuning cerah yang saya berinama Bumble Bee. Banyak hal yang telah terjadi sejak kedatangan mobil ini dalam hidup saya, merubah tidak hanya persepsi terhadap dunia tetapi juga kehidupan saya secara umum. Baik dari aspek sosial, finansial, bahkan intelektual saya.

Perubahan dalam aspek sosial begitu kentara saya rasakan. Yang semula saya hanya hidup di dunia ini layaknya sebuah NPC tanpa seorang pun yang menyadari keberadaan saya, kini memiliki cukup banyak relasi terutama dengan laki-laki paruh baya. Berikut adalah nama-nama baru yang masuk ke dalam kontak saya semenjak memiliki Bumble Bee:

  • Faisal Driving School,
  • Guntur Showroom,
  • Bagas Showroom (karyawan a Guntur),
  • Dani Leasing,
  • Ogi Kepala Cabang OTO,
  • Dimas Sinar Mas Asuransi,
  • Dadang Crashed (sopir truk yang sempat saya tabrak),
  • Agus Tetangga (hampir satu tahun tinggal bersebelahan, baru berkenalan ketika dia menanyakan mengapa bemper depan mobil saya ringsek),
  • Candra Bengkel,
  • Ilham Driving School (saya memutuskan untuk mengambil kursus mengemudi lagi karena kecelakaan sebelumnya membuat saya merasa tidak percaya diri untuk mengemudi).

Kembali ke skenario "apa jadinya kalau..," seandainya saya tidak pernah bergabung ke dalam komunitas Facebook itu sama sekali, apakah saya akan tetap bersinggungan dengan bapak-bapak yang saya sebutkan di atas? Hal ini kemudian mengingatkan saya pada sebuah serial TV legendaris berjudul 'Lost,' sehingga saya menyimpulkan mungkin saya akan tetap bersinggungan dengan orang-orang itu, hanya saja kami tidak akan mengenal satu sama lain.

Boleh jadi jika saya tidak pernah mengambil unit mobil dari showroom a Guntur, kami tetap akan dipertemukan dengan cara yang lain. sesederhana duduk bersebelahan mengantre beli sate Madura.

Post a Comment

0 Comments