Singkronisasi

Hari itu, aku ingat sekali jam menunjukkan pukul 2:38 siang saat aku menghentikan mobil di perempatan jalan. Lampu merah menyala seperti biasa, dan aku, layaknya pengemudi lain, menurut. Radio mobil membacakan berita tentang cuaca hujan yang akan berlangsung hingga akhir minggu.

Aku merasa ada yang ganjil saat itu. Sudah hampir satu menit aku berhenti, tapi tidak ada kendaraan dari arah lain yang melintas. Kupandangi jalur di depanku—arah selatan, barat, dan timur. Semua kendaraan juga berhenti tak bergeming. Awalnya aku berpikir lampunya rusak, tapi tak mungkin tiga jalur lain mengalami kerusakan serempak.

Seketika, klakson bersahutan. Beberapa pengemudi membuka jendela mereka, melongok ke luar seperti sedang mencari jawaban.

Entah mengapa, aku mulai merasakan ketegangan merayap naik ke tengkukku. Kucoba menyalakan ponsel, membuka Thread, apa pun. Satu demi satu notifikasi muncul, dari grup WhatsApp kantor, keluarga, bahkan grup alumni SD.

‘Guys, perempatan jalan Merdeka lampunya merah semua. Gua udah mau dua menit nunggu lampu berubah hijau ini. Mana keknya semua jalur ngalamin hal yang sama, lagi.’

‘Jir, gue di Tokyo. Sama!’

Kupelototi jam di sudut layar ponsel. Pukul 2:41. Sudah tiga menit berlalu. Tidak ada petugas yang muncul. Tidak ada suara sirine. Hanya kendaraan-kendaraan dari empat arah berbeda dengan pengemudi yang saling menatap bingung, dan sama-sama tak bergerak.

Dari jalur sebelah selatan, seorang pria keluar dari mobil SUV-nya. Ia berdiri di tengah jalan dan meneriakkan kata-kata yang tidak begitu kudengar, namun Ia terlihat jengkel. Beberapa orang mulai melongokkan kepala mereka ke luar jendela, menimpali pria tersebut. Detik berikutnya, sahut-sahutan klakson membuat suasana semakin kacau.

Tak lama kemudian, lampu di depanku akhirnya menunjukkan warna hijau. Satu persatu kendaraan mulai melaju dan lalu lintas kembali berjalan lancar seperti tidak pernah terjadi sesuatu.

Tak ada yang tahu apa yang telah terjadi. Beberapa teknisi yang kulihat diwawancarai media berita di TV mengatakan tidak ada bug. Tidak ada kelompok hacker yang mengklaim bertanggung jawab, dan tidak ada penjelasan apa pun dari NASA, WHO, atau bahkan PBB. Semua institusi diam. Atau mungkin, mereka juga tidak tahu.

Malam itu juga, media sosial di seluruh dunia ramai dipenuhi oleh beragam spekulasi. Ada yang berasumsi bahwa fenomena lampu merah serempak tersebut merupakan perbuatan pemerintah, semacam simulasi untuk sebuah program rahasia. Ada yang percaya bahwa hal itu berkaitan dengan alien, glitch in the matrix, pertanda kiamat, dan beragam teori konspirasi absurd lainnya yang sama sekali tidak pernah terlintas di kepalaku.

Sudah satu minggu lamanya sejak fenomena itu terjadi. Orang-orang mulai melupakan keanehan itu dan aku tidak pernah menemukan jawaban tentang apa yang sebenarnya telah terjadi.